Selasa, 25 Desember 2012

Menghalau “Galau”

 
Dewasa ini sering kali kita mendengar anak usia remaja yang muda mengucakapkan kata galau. Status facebook atau twitter dan social media dan komunitas mereka lebih banyak dihiasi kata-kata yang berbau kerisauan atau pun kegalauan. Apa penyebabnya ? Pergaulan remaja dengan penuh problem memang mudah mengeluh dan putus asa. Masalah yang sering kali membuat remaja galau ini diantaranya rasa malas, sering terasingkan atau tersisihkan merasa tidak berguna,rasa resah dan marah atau rasa iri hati yang kerap ada pada diri remaja sekarang ini,masalah percintaan.Parahnya, tidak sedikit diantara mereka yang mengambil jalan pintas yaitu dengan narkoba,free sex, taruwan antar pelajar.
Galau adalah sebuah kata yang menggambarkan suasana hati seseorang yang sedang kacau,bingung,resah,geliah, dan sedih. Merasa ada sesuatu yang ingin di utarakan namun belum tersampaikan, atau sesuatu yang ingin dilakukan namun terealisasikan. Entah dari mana dan sejak kapan kata ini menjadi tren di kalang remaja dan kaum muda kita khususnya serta masyarakat pada umumnya, namun galau telah menjadi sebuah kondisi hati yang selalu dihadapi oleh masyarakat bahkan bangsa kita saat ini setiap hari.
Setiap orang pasti memiliki masalah dari tiap orang yang berbeda-beda dengan kadar persoalannya yang berbeda. Dan mustahil bagi Allah memberikan masalah yang tidak dapat di selesaikan oleh hambanya. Allah menguji kita sesuai tingkat keimanan kepadanya. Ujian dari Allah bertujuan untuk membuktikan kebenaran keyakinan keimanan seseorang, apakah ia layak disebut orang beriman ataukah orang yang munafik yang hanya menyembunyikan batinnya.
Selain itu , ujian yang kita hadapi merupakan cara Allah SWT untuk memuliakan kita menjadi manusia yang sempurna dalam akhlak dan perilaku kehidupan. Hanya saja,tidak banyak diantara kita yang mampu menbaca tanda-tanda dan maksud tujuan dari ujian yang dihadapi tersebut. Kita sering kali frustasi dalam menghadapi kondisi ekonomi,keluarga,dan sebagainya. Penyebabnya hanya satu, kita kurang ilmu dalam menyelesaikan persoalan itu. Sehingga yang kemudian melanda adalah suasana galau,sebagai bentuk kekacauan hati.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah kita setiap hari, namun tidak banyak diantara kita yang akan bersandar pada agama. Sering kali kita menyelesaikan masalah dan menafsirkan persoalan berdasarkan naluri tanpa mengingat dan meminta tolong kepada Allah SWT. Kita sebagai manusia tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan. Secara naluri, manusia membutuhkan sebuah kekuatan yang lebih agung dari padanya yang dapat dijadikan sebagai sandaran hati yang diharapkan dapat memberikan ketenangan batinnya Artinya, manusia membutuhkan tempat bergantung dan menggantungkan  hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar