Pernahkah
kita merasakan senang dan riang ketika akan menunaikan shalat?
Ataukah
shalat memang kita kerjakan, tapi itu hanya bagian dari upaya menggugurkan
kewajiban saja. Sebagai hamba, kita sepantasnya berupaya terus untuk sampai
pada taraf khusyuk, menjemput kekhusyukan, demi sempurnanya shalat yang kita
tunaikan. Untuk itu, kita harus menyiapkan perangkat yang ada dalam diri kita,
salah satunya otak.
Jaringan
otak orang hidup menghasilkan gelombang-gelombang listrik yang berfluktuasi. Pada
tahun 1929, Hans berger, ilmuan Jerman, membuat peralatan untuk mencatat dan
mengukur gelombang listrik yang terjadi di otak. Alat ini disebut sebagai Elektroencephalograph atau disingkat EEG. Dengan menempelkan sepasang
elektrode dikulit kepala, maka dapat diketahui perbedaan tegangan arus listrik
padanya. Apabila di layar monitor EEG
tidak lagi terlihat adanya gelombang, maka orang tersebut secara medis telah
mati, meskipun di bagian tubuh lain masih ada gerakan atau aktivitas.
Frekuensi
gelombang adalah jumlah pulsa (implus) per detik dengan satuan hertz (Hz)
dihitung dengan jumlah cycles per second
(cps). Hasil riset di berbagai negara
maju selama bertahun-tahun menunjukan bahwa frekuensi otak manusia berbeda-beda
dalam setiap keadaan; fase sadar, rilek, tidur ringan, tidur nyenyak, takut,
trance, panik, marah dan sebagainya. Melalui penelitian yang panjang, akhirnya
para ahli syaraf (otak) sependapat bahwa gelombang otak berkaitan dengan
kondisi pikiran.
Berikut
diuraikan berbagai gelombang otak disertai dengan aktivitas yang terkait :
1. Gelombang Beta (12 sampai
19 Hz)
Ketika
seseorang mengalami aktivitas mental yang normal, maka yang terjadi adalah
gelombang beta. Inilah gelombang kesadaran penuh, yang muncul karena aktivitas
pikiran yang banyak sekali, sehingga mengakibatkan grafik gelombang menjadi naik.
Secara
umum, gelombang beta bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu, highbeta (19 hz+), beta
(15hz-18hz) dan lowbeta (14 hz-15 hz).
2. Gelombang Alpha ( 8 sampai
dengan 12 hz)
Alpha
adalah gelombang pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang mengalami
relaksasi, atau mulai istirahat, mulai mengantuk atau mulai menutup
matamenjelang tidur. Bisa juga pada suatu fase dari keadaan sadar menjadi tak
sadar (bawah sadar), namun tetap sadar (walaupun kelopak mata tertutup). Disinilah
saat-saat penting dimana kita mulai melakukan aktivitas niat, memberikan
sugesti kepada diri sendiri untuk memulai “cut-off”
dari urusan duniawi dan masuk ke frase shalat. Frekuensi alpha 8 – 12 hz, merupakan
frekuensi pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar, dan semua
aktivitas alpha berpusat di sel-sel thalamic
(electrical activity of thalamic pacemaker cells).
3. Gelombang Theta (4 sampai
dengan 8 hz)
Theta
adalah gelombang pusat syaraf yang terjadi ketika seseorang mengalami keadaan
saat mengantuk, di ambang tidur atau tidur ringan. Dalam keadaan sadar,
seseorang yang terhipnotis juga diarahkan ke dalam gelombang ini. Demikian juga
orang yang sedang trance, berzikir, berdoa,
meditasi atau sedang menjalani ritual agama dengan penuh konsentrasi, berada di
jalur gelombang theta.
Apabila
kita dapat memasuki fase gelombang theta, maka kita akan dapat merasakan “kedekatan”
dengan Tuhan. Sesungguhnya keadaan ini bisa kita raih dengan pelatihan yang
keras dan ikhlas melalui doa, zikir dan shalat, atau melakukan ritual-ritual
agama yang lain. Mengerti atau tidak mengerti mengenai gelombang theta,
seseorang yang sedang melaksanakan ritual agama (zikir atau shalat) apabila
getaran otaknya diukur dengan EEG,
maka dapat dipastikan shalat itu dia sedang berada di fase gelombang theta
(batas alpha-beta). Atas dasar inilah “God
Spot” didalam otak manusia.
4. Gelombang Delta (0,5
sampai dengan 4 hz)
Gelombang
delta adalah getaran pusat syaraf (otak) yang mempunyai amplitude besar tapi
frekuensinya rendah (biasanya < 3 hz). Otak manusia menghasilkan gelombang
ini ketika sedang tertidur lelap tanpa mimpi. Fase delta adalah fase istirahat
bagi tubuh dan pikiran setelah digunakan seharian dalam aktivitas kerja secara
rutin.
Gelombang
gamma adalah gelombang otak yang tinggi, yang tercipta karena aktivitas mental
yang sangat tinggi. Misalnya ketika dalam keadaan sangat panik, takut luar
biasa, menghadapi perebutan kejuaraan dan sebagainya.
Simulasi
gelombang otak adalah fenomena yang alami, sama dengan teori fisika. Getaran suara
tertentu yang didengarkan di telinga kita bisa menggetarkan otak. Dengan proses
itu otak memproduksi gelombang yang frekuensinya sama dengan frekuensi suara
yang kita dengar (otak beresonansi). Ini artinya, gelombang otak bisa
distimulasi (dirangsang) sesuai kebutuhan. Mungkin itulah sebabnya, mengapa
shalat di keheningan malam lebih cepat menghantarkan kita kepada kekhusyukan
daripada di siang hari yang penuh kebisingan.
(sumber : sehat tanpa obat)
b
BalasHapus